Pada Tahun 1550, Ketika itu ada Priyo Gung yang bernama Mbah Kyai Sukoh, bertempat tinggal di Dukuh Karangpacar Desa Mojo. Disitu Beliau menanam timun dan berbuah sangat besar sekali. Lalu, Buah Timun tersebut dipersembahkan atau dihaturkan di Negeri Rajekwesi Kalitidu. Lalu, Negeri Rajekwesi memberi nama daerah Mbah Kyai Sukoh dengan nama Desa Sumbangtimun. jadi, Desa Sumbangtimun dulu pecahan dari Desa Mojo.
Dan setelah itu kira-kira pada Tahun 1650 ada seorang Priyo Gung yang bernama Mbah Djoyo Potro dan Djoyo Supotro dari Pajang, Beliau berkelana lalu berhenti di Desa Sumbangtimun ini, Beliau lalu mondok di rumahnya Mbah Sukromo pelawanan Cungkup Makam Desa Sumbangtimun ini. Mbah Sukromo tadi meninggal dunia kurang lebih tahun 1898.
Lalu, Mbah Djoyo Potro dan Mbah Djoyo Supotro tadi tinggal di rumah Mbah Sukromo sampai dengan Wafat. Dan dimakamkan di makam Desa Sumbangtimun dan dicungkup beratap alang-alang. Kemudian, Pesarean tadi mulai dari Zaman dahulu sampai dengan sekarang setiap hari Jum'at Pahing masih di Ziarohi orang. Terutama bagi orang yang punya Nadzar perihal apapun. Orang yang punya Nadzar tersebut ada yang selametan bucu, panggang Ayam, atau Kambing.
Zaman dulu Desa Sumbangtimun ini dikelilingi oleh Bengawan Solo dan masih jadi satu dengan Desa Mojo. Tetapi sekarang sudah terpisah. Ini dikarenakan Tanah diterjang oleh bengawan Solo. (Red/ahd)